Selasa, 05 April 2011

Ketika Tanpa Kekerasan Sama Dengan Bunuh Diri

Ted Kacynski

Sekarang adalah musim gugur 2025, sistem tekno-industrial telah runtuh setahun yang lalu, tapi kau dan teman-temanmu baik-baik saja. Kebunmu tumbuh dengan subur di musim panas ini dan di pondokmu, kau memiliki persediaan sayur-sayuran, kacang-kacangan dan bahan makanan lainnya yang dapat dikeringkan akan menjadi bekalmu melalui musim dingin yang akan tiba. Kini kau sedang memanen kentang-kentangmu. Dengan sekop, kau dan teman-temanmu mencabut satu kentang setelah yang lainnya dan mecerabut akar umbi dari tanah.


Tiba-tiba saja temanmu menyikut lenganmu dan kau pun menoleh. Uh-oh. Sekelompok orang mendatangi jalan kecil menuju kebunmu. Mereka bersenjata. Sepertinya mereka sedang bermasalah tetapi kau tetap berdiri tegap. Pemimpin kelompok itu pun berjalan menghampirimu lalu berkata,


“Kentang-kentang yang kau miliki nampak bagus”

“Yeah”, jawabmu. “Kentang-kentang ini memang bagus"

“Kami datang ke sini untuk mengambilnya” kata pemimpin kelompok tersebut.

“Akh, persetan dengan kalian!” jawabmu. “Kami menghabiskan musim gugur yang panjang dengan bekerja keras untuk memelihara kentang-kentang ini…”


Pemimpin kelompok mengarahkan senapannya tepat ke wajahmu lalu berkata, “---- kau, telaso”. Kepada anggotanya ia menambahkan, “Dick, Ziggy, periksa pondok mereka dan lihat makanan apa saja yang mereka miliki. Kami hanya pindah dan menghabiskan musim dingin di sini. Mick, tangkap wanita jalang ini sebelum ia pergi menjauh. Dia memiliki bokong yang indah. Kita semua akan menggilirnya malam ini”.


Kau menjadi murka dan mulai berteriak, “Anak sundala’ kau! Kau tak bisa......”

Lalu senapan menyalak; BANG! Kau pun mati.


* * *


Tanpa kekerasan hanya bekerja ketika kau memiliki polisi untuk melindungimu. Dalam hilangnya perlindungan polisi, tanpa kekerasan sangat dekat dan setara dengan bunuh diri.


Tak dapat dipungkiri bahwa hal ini tidaklah begitu tepat pada semua waktu dan tempat. Di antara suku Pygmie di Afrika sebagaimana yang diuraikan oleh Colin Turnbull, kekerasan yang mematikan melawan manusia hampir tak diketahui. Dalam masyarakat pemburu dan peramu nomaden lainnya, orang-orang kadang kala membunuh seorang lainnya dalam perkelahian, akan tetapi mereka tak pernah menaklukkan teritori atau suku lainnya secara sistematis. Dalam kondisi seperti ini, tanpa-kekerasan tidak inkonsisten dengan kelangsungan hidup.


Tetapi, secara realistis, kondisi tersebut bukanlah kondisi yang akan berlaku jika dan ketika sistem tekno-industrial menjadi kolaps. Terdapat beberapa bagian orang di luar sana: Nazi, Hell’s Angels, para mafia Ku Klux Klan… serta banyak kelompok lainnya yang tidak termasuk dan tak dikenali. mereka tidak lenyap saat sistem itu runtuh. Mereka akan selalu berada di sekitar kita. Mereka mungkin berhasil saat menanam makanannya sendiri bahkan jika mereka tidak mencoba ataupun tidak ingin melakukannya oleh karena orang dari tipe yang semacam itu akan lebih banyak menemukan kesenangan untuk mengambil makanan daripada menanam makanan miliknya sendiri. Dan sejak meraka menjadi ganas, mereka mungkin akan membunuhmu atau memperkosamu hanya karena suatu kesenangan dari hal itu, bahkan mereka tidak membutuhkan makananmu.


Banyak orang, bahkan terlalu banyak, yang berada dalam kondisi sekarang merasa tentram dan seolah-olah–nyaman, mungkin dapat kembali menjadi ganas saat melakukan hal yang tidak-tidak terhadap makanan dan lahan agrikultur yang baik untuk menanam makanan. Kekurangan bahan pangan mungkin bukan menjadi hal penting yang disebut area “miskin” dunia dimana petani masih secara relatif memiliki ketercukupannya sendiri, namun di negara-negara industrial yang sepenuhnya bergantung pada pestisida, pupuk kimia dan bahan bakar bagi traktor (dan banyak hal-hal lain) dimana beberapa orang yang memiliki kemampuan untuk menanam secara efisien, kekurangan makanan pasti menjadi hal yang akut saat sistem ini kolaps.


Mari lengkapi asumsi untuk berargumen bahwa negara yang terindustrialkan memilki cukup lahan yang baik untuk ditanami semua orang , dalam terori, akan dapat menanam makanan mereka sendiri dengan metode primitif. Dalam lenyapnya fungsi pemerintah, takkan ada cara untuk mendistribusi penghuni kota di daerah pedalaman dan secara sistematis menentukan bidang tanah sendiri setiap keluarga. Akibatnya, akan ada kekacauan dan kebingungan. Beberapa orang akan mencoba mengambil lahan yang terbaik menurut mereka, dan yang lain akan memusuhinya serta perkelahian yang mematikan akan muncul. Grup bersenjata akan mengorganisir dirinya sendiri demi keamanan mereka sendiri ataupun untuk tujuan-tujuan agresif. Jika kau ingin bertahan hidup dikolapsnya sistem ini, lebih baik kau mempersenjatai diri sendiri dan bersiap untuk menggunakan senjata dengan efektif. Artinya kau menjadi siap secara psikis sebagaimana juga secara fisik.


Bersenjata dan bersiap bertarung untuk pertahanan diri tidak hanya menjadi kondisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidupmu sendiri, hal ini akan menjadi tugasmu. Para Nazi’s Hell’s dan Ku Klux Klan tidak akan menjadi musuh yang paling berbahaya bagi kebebasan. Karena orang-orang tersebut tak memilki aturan, kacau dan tanpa hukum, mereka tidak mungkin dapat menciptakan organisasi yang besar dan efisein. Akan jauh lebih berbahaya dengan orang-orang yang menjadi tulang punggung sistem yang ada saat ini, orang yang bisa beradaptasi untuk hidup dalam organisasi-organiasi yang disiplin yaitu: ilmuan-ilmuan borjuis, eksekutif bisnis, birokrat, pegawai-pegawai militer, beberapa polisi dan seterusnya. Orang-orang ini akan berminat untuk mendirikan kembali tatanan dan organisasi serta sistem teknologi secepat mungkin. Metode mereka akan menjadi tidak terlalu kasar ketimbang para Nazi dan Hell’s Angles namun tidak segan-segan untuk mengunakan kekuasaan dan kekerasan saat hal ini menjadi kebutuhan bagi pencapaian tujuan mereka. Kau MESTI bersiap untuk mempertahankan diri secara fisik melawan orang-orang ini.


Reprinted from Live Wild or Die #8 (2001)

Manually Translated | Konspirasi Tinjabersayap (Januari 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar