Senin, 28 Maret 2011

Sepatuku yang sumpah mati luar biasa keren;p

CONSERVE ALL ARTS!

Teknologi dan Pertentangan Kelas

-Wolfi Landstreicher

Perkembangan teknologi enam tahun terakhir—industri nuklir, sibernitika dan teknik-teknik informasi terkait, bioteknologi dan rekayasa genetika—telah memberikan perubahan mendasar dalam ruang lingkup sosial. Metode eksploitasi dan dominasi telah berubah, dan untuk alasan inilah ide lama tentang sifat dasar dan perjuangan kelas tidak cukup untuk bisa memahami situasi sekarang ini. 'Pekerja'isme para marxis dan sindikalis tidak lagi menawarkan sesuatu yang berguna dalam mengembangkan praktek revolusioner. Akan tetapi, penolakan konsep kelas bukan pula merupakan jawaban yang berguna untuk situasi saat ini, karena hal semacam ini [tersebut] akan menghilangkan sarana untuk memahami realitas kekinian dan bagaimana cara menyerangnya.

Eksploitasi tidak hanya berlanjut begitu saja, tetapi telah berkembang secara tajam sejak lahirnya teknologi. Sibernetika telah membuka desentralisasi produksi, penyebaran unit-unit kecil produksi dalam lingkup sosial. Secara drastis, otomasi secara drastis telah mengurangi jumlah produksi pekerja yang dibutuhkan dalam tiap proses manufakur . Sibernetika telah meciptakan metode perolehan keuntungan yang instant tanpa memproduksi sesuatu yang nyata, yang kemudian membantu modal\kapital berkembang sendiri dengan ongkos buruh yang minimal.

Kemudian, teknologi baru menuntut spesialisasi pengetahuan yang memang tidak tersedia untuk kebanykan orang. Pengetahuan ini menjadi harta yang berharga dari kelas yang berkuasa [ruling class] pada masa sekarang. Di bawah sistem industri yang lama, seseorang dapat melihat perjuangan kelas sebagai perjuangan antara pekerja dan pemilik alat produksi. Ini menjadi sesuatu yang masuk akal. Setelah perkembangan teknologi, orang-orang yang tereksploitasi telah mendapati diri mereka mengarah pada posisi yang sulit. Pada masa industri saat ini posisi pekerja yang sepanjang harinya bekerja di dalam pabrik tergantikan oleh pekerja harian, layanan sektor jasa, kerja paruh waktu, pengangguran, pasar ilegal, ilegalitas, tuna wisma dan penjara. keadaan seperti ini menjamin bahwa tembok pemisah yang diciptakan oleh teknlogi baru di antara pengeksploitasi dan yang tereksploitasi menyisakan sesuatu yang tak terobohkan.

Akan tetapi, sifat alamiah teknologi itu sendiri melampaui jangkauan mereka yang tereksploitasi. Awal perkembangan industrial mengambil fokus utamanya dalam penemuan teknik standarisasi pembiayaan rendah dengan profit/keuntungan yang tinggi dalam pabrikasi massal. teknologi yang berkembang kini tidaklah terlalu memfokuskan diri pada produksi barang-barang dalam artian teknologi yang kini berkembang, memfokuskan diri pada penyebaran secara luas kontrol sosial serta sedapat mungkin mengurangi keuntungan dari produksinya. Industri nuklir tidak hanya membutuhkan spesialisasi pengetahuan, namun juga tingkat pengamanan yang tinggi yang menempatkannya benar-benar dibawah kontrol negara dan memerlukan struktur militer yang sesuai dengan penggunaannya yang ekstrim dalam militer. Teknologi sibernetik memiliki kemampuan memproses, merekam, mengumpulkan dan mengirim informasi sesuai kebutuhan negara untuk dokumentasi dan memantau warganya yang juga merupakan pengurangan kebutuhan akan pengetahuan bagi mereka yang diatur dengan berbit-bit informasi—data—harapan, hal ini mereduksi kemampuan yang sesungguhnya/nyata dalam memahami mereka yang tereksploitasi. Bioteknologi memberi kontrol negara dan kapital terhadap sebagian besar proses-proses kehidupan yang paling fundamental itu sendiri—membiarkan mereka (negara dan kapital)menentukan jenis tetumbuhan, hewan—dan bahkan manusia yang bisa eksis.

Oleh karena itu teknologi-teknologi ini memerlukan spesialisasi pengetahuan dan dikembangkan untuk kepentingan peningkatan kontrol negara dan kapital terhadap seluruh kehidupan manusia bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari, kelas yang tereksploitasi sekarang dapat dipahami sebagai kelas-kelas yang terabaikan dari spesialisasi pengetahuan ini dan dari partisipasi yang nyata dalam pemungsian kekuasaan. Kelas pemodal/borjuis yang dimaksud dalam pengertian kini adalah golongan yang berpartisipasi dalam fungsi kekuasaan dan penggunaan dari spesialisasi pengetahuan teknologikal dalam artian yang sebenarnya . Tentu saja ada proses-proses dalamnya, dan batas antara kelas penguasa dan kelas pekerja, dalam beberapa kasus dua kelas ini,menjadi sulit untuk dipahami karena peningkatan jumlah penduduk yang terproletarisasi—kehilangan kemampuan/kebebasan untuk membuat keputusan atas kondisi eksistensi mereka yang mungkin telah mereka miliki.

Penting untuk diketahui meskipun teknologi-teknologi baru ini dimaksudkan untuk memberikan kontrol kepada negara atas kelas yang terabaikan dan segala kekayaan hasil bumi, justru mesin-mesin itu sendiri melampaui/tak dapat di kontrol oleh manusia. Keleluasan dan spesialisasi yang mereka perlukan berkombinasi dengan bahan-bahan material yang tak terprediksikan —atom dan sub partikel-partikel atom, gelombang cahaya, gen dan kromosom, dan lain-lain—hal ini untuk menjamin bahwa tidak ada seorang manusia pun yang bisa memahami sepenuhnya bagaimana semua itu bekerja.

Aspek teknologikal ini tentunya yang telah menambah penderitaan kita akibat krisis ekonomi yang berlangsung. Meskipun demikian, ancaman bencana teknologi ini diluar kontrol siapapun juga yang memberi kuasa dalam mengontrol kelas yang tereksploitasi—ketakutan akan Chernobyl-chernobil lainnya, monster bermesin genetis yang lolos dari laboratorium—menciptakan penyakit dan kenyamanan, menggerakkan orang untuk menerima aturan para ahli yang telah membutikan batas-batas mereka secara terus menerus. Lebih jauh lagi, negara—yang bertanggung jawab kepada setiap orang atas perkembangan teknologi ini melalui militernya-mampu menghadirkan dirinya sebagai pengawas dalam melawan penyalahgunaan teknologi oleh korporasi-korporasi yang merajalela kini. Sehingga, kedahsyatan serta nafsu yang tak terkendali ini melayani pihak yang mengeksploitasi dengan baik dalam mempertahankan kontrol mereka terhadap seluruh populasi yang tersisa. Dan apakah mereka(kelas borjuis) perlu memikirkan mengenai kemungkinan musibah-musibah yang akan terjadi pada seluruh umat manusia di bumi ketika kekayaan dan kekuasaan mereka menyediakan rencana darurat yang hanya untuk melindungi mereka, bukan untuk kita ?

Oleh sebab itu, pengecualian teknologi baru dan kondisi baru serta bahaya yang dipaksakan pada kelas yang tereksploitasi akan meruntuhkan cita-cita usang tentang pengambilalihan sarana produksi. Teknologi ini-yang terkontrol maupun yang tak terkontrol-tak dapat memberikan tujuan manusia yang sebenarnya dan tidak ada tempat dalam perkembangan dunia bagi kebebasan individu untuk menentukan hidup mereka sesuai yang mereka inginkan. Jadi ilusi utopia para sindikalis dan marxis tak lagi dapat digunakan dalam dunia kita pada masa sekarang ini. Tetapi apakah pernah digunakan sebelumnya? Perkembangan teknologi baru secara spesifik berorientasi pada pengontrolan, tetapi semua perkembangan industri telah mengambil perlunya keseriusan dalam pengontrolan terhadap kelas non-eksploitator. Pabrik diciptakan untuk membawa produsen ke bawah naungan satu atap guna mengatur kegiatan-kegiatan mereka dengan lebih baik; garis produksi memekanisasi peraturan ini; setiap teknologi baru mempercepat pekerjaan pabrik, sehingga setiap waktu serta gerak-gerik pekerja lebih lanjut berada di bawah pengontrolan. Oleh karena itu, ide yang menyatakan bahwa pekerja dapat membebaskan diri mereka dengan mengambil alih sarana produksi masih selalu menjadi angan-angan. Ini adalah angan-angan yang tak dapat dipahami ketika proses teknologikal mengambil manufaktur sebagai tujuan utama mereka. Sekarang ketika tujuan utama mereka begitu jelas sebagai kontrol sosial, sifat nyata perjuangan kita harus jelas pula: menghancurkan segala sistem kontrol-(negara), modal dan sistem teknologi mereka, mengakhiri kondisi proletarianisasi kita dan penciptaan diri kita sebagai individu bebas yang mampu menentukan bagaimana kita hidup sesuai keinginan kita sendiri. Untuk melawan teknologi, senjata terbaik adalah senjata yang digunakan kelas yang dieksploitasi sejak awal era industri: sabotase.

Manually Tanslated_konspirasi tinjabersayap [disarm civilization, arms your desire] 12/03/2009

Mempetisi hari!

9 mei 2009/sabtu

[Semestinya tulisan ini adalah report hasil pertemuan perdana Lingkar Taman pasca evaluasi mayday tahun ini. Tetapi pertemuannya gagal dan hasilnya pasti nihil!]




Apa yang membuatku yakin begitu saja bahwa pertemuan kota lingkar taman ini akan benar2 berlangsung? Entahlah. Padahal telah berulang kali janji pertemuan jejaring affinity kota makassar untuk membahas sesuatu, apapun itu, kebanykan berlalu begitu saja. Pfuah!! Langkah pertama menuju pete-pete saya telah merasa aroma tak beres sebentar lagi mulai tercium. Perayaan kemalasan pada mayday seminggu lalu di dominasi oleh punk meski ada juga terdapat banyak mahasiswa. Selanjutnya janjian untuk membuat jadwal pertemuan rutin antar kelompok yang tersebar di segala penjuru kota makassar, kesepakatannya seminggu sekali. Tiap sabtu pukul 4 sore di taman macan. Semua sepakat datang sendiri-sendiri tanpa perlu instruksi dan konfirmasi atau apapun. Pokoknya datang saja ke taman macan tiap sabtu sore demi mengatur rima kordinasi antar kelompok yang carut marut. Tak ada aturan tertentu yang mengharuskan semua yang terlibat untuk hadir secara rutin. Pula tak ada agenda pembahasan tertentu. Hanya janji ketemuan lantaran setelah ngobrol sana-sini setelah pesta mayday usai semua yang terlibat merasa mayday tahun ini tak memberi tiap-tiap individu sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang menghentak. Jauh lebih buruk dari mayday tahun lalu yang dirancang dalam bentuk karnaval. Katanya yang penyebab ketidakkerenan mayday tahun ini lantaran kordinasi antar kelompok yang sangat langka.

Deru knalpot pete-pete yang kutumpangi berpacu di antara kepulan debu yang begitu lihai memaksa kita mengerjapkan mata. Satu keunggulan naik pete-pete daripada motor roda dua di hari sesore yang belum terlampau serius menenggelamkan mentari. Tak pernah sekali pun saya menikmati perjalanan menyusuri kota Makassar jika menumpang pete-pete. Rasa kantuk lebih kuat mendera. Belum lagi tas serupa lemari yang menggelantung di pundak dengan laptop yang juga ikut numpang pada tas yang tak begitu lapang menampung semua barang, kantuk dan lelah betul-betul mengalahkanku. Eka butuh laptop yang notabene juga adalah kepunyaannya, meski kami berdua telah lama sepakat membangun hubungan personal yang sangat dekat tapi bukan berarti serta merta saya bebas begitu saja menggunakan barang miliknya. Telah hampir seminggu saya meminjamnya guna menyelesaikan proyek layout buku tahunan LPMP (dari YoeFals), harusnya saya tahu diri untuk mengembalikannya segera Sekarang ia sedang berada di benteng Somba Opu menjalankan tugas sebagai anggota badan pekerja kongres senat mahasiswa sastra. Harusnya saya juga berada di sana yang juga masih tercatat sebagai mahasiswa sastra semester enam, namun seperti biasa saya tak pernah suka menghadiri suatu pertemuan, rapat atau apapun yang terlampau serius dan bagiku lebih banyak membicarakan sesuatu yang tak begitu berguna; ad-art lah, tatib kongres, atau apapun itu. Tetapi Benteng bukanlah jarak yang sekelebat mata untuk ditempuh dari kampus, dan sama sekali tak ada jalur trayek pete-pete yang menuju ke sana. Mau tak mau apabila ia benar-benar membutuhkan laptop maka kami hanya bisa ketemu di taman kota. Mustahil saya ke sana.

Pukul 4 sekian menit pete-pete telah memasuki area Botlem(???) Saya pun terbangun dengan sendirinya. Butuh waktu sekitar 5 menit jarak tempuh jalan kaki untuk sampai ke taman macan dari depan hotel Singgasana tempatku mengakhiri menumpang pete-pete. Hari ini juga sedang berlangsung acara Makale Bersatu, gigs tahunan anak punk Tana Toraja. Katanya ada 20 band bawah tanah kota Makassar yang ikut pamer lagu di sana, bayangkan, ada 3 mobil bis yang datang menjemput mereka. Nah, peluang kegagalan pertemuan Lingkar Taman sore ini sangatlah besar. Bukankah orang-orang yang terlibat dalam lingkar jejaring ini didominasi oleh punk? Hal itu berarti tak akan ada yang datang ke pertemuan hari ini. Tapi saya juga terlanjur berjanji untuk hadir meski tanpa konfirmasi dengan siapa-siapa.

Akh, ketakutanku terbukti. Saat kakiku menjejak rumput taman yang terlihat dari kejauhan di bangku taman hanya ada Waly, Mady, Himas dan Ridho. Anjing!!! Saya tak perlu jauh-jauh datang kemari jika hanya 4 orang ini yang akan ketemuan, semuanya juga adalah partisipan IdeFix, bangsaaaatttt!!!!

Saya hanya minta teh botol salah satu dari mereka dan langsung menaruh tas pada ujung bangku besi taman kemudian berbaring dan memikirkan sesuatu yang entah.

Ponselku bergetar tanpa dering dengan irama tanda pengingat pesan. Sms dari Eka. Ia juga batal ke taman kota, katanya laptopnya batal dijemput. Sungguh hari yang melelahkan!

Adzan isya menggema. Kami berlima pun membubarkan diri. Saya dan Waly lebih dahulu beranjak cari tumpangan yang juga berarti harus berjalan kaki beberapa puluh meter menuju jalur trayek pete-pete kampus. Akh, kayaknya pundakku akan terasa pegal tengah malam nanti.

Tapi semua sepakat untuk datangg lagi sabtu depannya. Mudah-mudahan!!